-->

Halaman

    Social Items

Cerpen romantis oleh umme aselha, Mr. Eyebrow
Umme Aselha
“Aku terlalu peka untuk sesuatu yang terjadi berulang-ulang. Dan kurasa hampir setiap orang juga begitu.”

Mr. Kamu Tahu Aku Tidak?

Oleh Umme Aselha

Mr…” geming ku. Otomatis bibirku membentuk nganga saat secara tidak sengaja. Ia baru saja berjalan dihadapanku. Sudah sejak lama aku mengaguminya. Namun hanya mappu menatapnya dari kejauhan. Aku tidak punya nyali untuk secara sengaja menghampirinya.


Aku masih terpaku ditempatku berdiri. Meski ia telah tidak lagi terlihat dihadapanku. Namun sesaat kemudian aku tersadarkan. Aku kembali melangkah menuruni anakan tangga ruang microteaching.

Fikiranku masih tertuju padanya. Senyumku mengembang saat ia hadir dalam benakku. Ah. Dia memang telah membuatku hampir gila. Terang saja, aku sering histeris saat melihatnya dan senyum-senyum sendiri saat mengingatnya. Menyadari ketampanan yang dimilikinya, tinggi badannya yang menawan dan senyum manis yang menampakkan gigi ginsulnya.

Aku pernah melihatnya tersenyum manis padaku. Ah entahlah. Aku tidak yakin senyum itu untukku. Karna aku fikir, untuk apa juga ia tersenyum padaku? Toh dia kan tidak mengenal siapa aku, tidak tahu identitasku. Meski ia seringkali mendapatiku tengah memperhatikannya dari kejauhan. Namun tetap saja aku tidak yakin bahwa ia tau itu adalah aku.

“Fera...”

“Eh, Efzi.” sapaku membalas sapaannya. “Denger-denger kamu mau pindah? Kapan?” aku mengenali sosok dihadapanku ini. Dia mahasiswa komunikasi, sama seperti aku. Dan entah kenapa tiba-tiba ia memutuskan pindah kuliyah dikampus lain.

“Iya. Ini lagi ngurus mutasi.” Jawabnya santai. “Kamu mau kemana.?”

“Microteaching.” Singkat. Tanpa basa-basi. “Oh ya, semangat yaa, dikampus baru kamu besok.” Aku menyambungkan ungkapan singkatku.

“Ok.” Senyumnya mengembang. “Kamu juga. Tetep semangat di sini, meskipun enggak ada aku.”

“Pasti.” Aku pun ikut mengembangkan senyumku. Sebelum akhirnya aku berlalu kembali melangkah menuju tujuan awalku dan meninggalkan Efzi.

#####


“Maaf Bung. Ruang micro sedang tidak kosong.” Lagi-lagi aku yang harus menginformasikan keadaan ruangan yang sering kali digunakan untuk acara-acara seminar menjelang ramadhan.

Selain ruang itu nyaman, juga tidak digunakan untuk mata kuliyah pasti.

“Ok. Bagaiamana kalau diruangan saya.?” Dengan nada khas dan suara ngebas nya.

Kita mengangguk mengiyakan tawaran Bung Joko Dosen mata kuliyah Announching ku. Beliau berani menawarkan ruangan mungilnya untuk kita. Karna mata kuliyah ini memang jarang sekali yang mengambil. Saat ini pun hanya aku, dan kedua sahabat baruku dikelas Announching. Maklum, kita baru saja bertemu beberapa kali. Karna aku juga adalah mahasiswa semester satu. Yaa.. masih mahasiswa baru.

Aku melangkah pasti menuju ruangan kecil milik Bung Joko dengan mantap diiringi dua manusia seperjuanganku yang lain.

“Bagaimana tugas kalian.?”

Ditanya seperti itu kita hanya melempar pandangan satu sama lain.

“Hemm…hemm.” Bung Joko melemparkan senyumnya pada kita. Kita hanya membalasnya dengan cengiran. “Ok. Coba kamu sampaikan apa yang kamu dapatkan selama satu minggu ini” pintanya ramah pada Karom. Salah satu diantara kita. Karom yang duduk tepat disebelahku, menyikut-nyikut lenganku.

“Nggg…” karom bergeming

“Ada apa.?”

“Eh tidak.” Cepat ia mengalihkan perhatian Bung Joko dengan menyampaikan hasil karangan kultum yang dibuatnya.

Beberpa menit kemudian karom telah menyelesaikan tugasnya. Bung Joko pun memberinya beberapa nasehat, arahan dan pendapat tentang tugas Karom.

“Sekarang giliran kamu”. Pandangannya tepat kearahku.

Aku siap dengan tugas ku kali ini. Aku menyampaikan kultum dengan seluruh kemampuanku. Dan disela-sela penampilanku tiba-tiba pak sidik, dosen wali kelasku. Ikut nimbrung diruangan Bung Joko. Sedikit aku merasa nervous. jujur saja, beliau juga adalah Dekan Fakultas ku. Namun begitu, aku tetap melanjutkan penampilanku dan tujuh menit tepat aku selesai menyampaikan Kultum.

“Bagus.” Aku bangga. “Tujuh menit pas.” Analisis Bung Joko. “Tapi…? Ah, aku tau semua memang tidak ada yang sempurna. “Leadnya kurang menggigit.” Serunya menasehati. “Dan ada beberapa hal yang fatal.” Hah ! aku tertegun mendengar kalimatnya. Dibagian mananya yan dimaksudkan beliau.? “Dari yang saya tangkap dari pendengaran saya, seolah-olah Haji dapat diganti dengan Iktikaf. Tapi saya yakin bukan itu yang kamu maksud. Jadi rubah kata-kata mu.”

Ok baiklah. Akan aku perbaiki yang salah.

#####

Cerpen romantis untuk kekasih, cerpen jatuh cinta, mr. eyebrow
Cerpen Mr. Eyebrow

Jam kuliyah ku hari ini usai. Aku dan kedua temanku keluar dari ruangan Bung Joko dengan nada gembira. Namun juga kecewa. Kemampuan kita belum memenuhi standart. Langkah kami beriringan melewati halaman kampus. Kita berniat untuk pulang secepatnya. Waktu dzuhur sudah hampir dititik penghabisan.

“Belum. Masih jam satu.” Ujar Karom mengingkari pendapatku. Ah ternyata aku salah. Jam ditanganku juga menyetujui pendapat Karom. Mungkin kejenuhanku yang membuatku merasa sudah terlalu lama berada didalam tadi.

“Eh, Rom.” Aku baru ingat. Untung saja masih diarea kampus. “Filsafat ku.” Akupun berlalu meninggalkan kedua sahabatku. “Kalian duluan aja.” Serunya seraya terus berlalu.

Langkah ku cepat melewati koridor kampus. Dari muka kantor administrasi, beralih kemuka ruang microteaching kemudian kemuka ruang leb. Baru menaiki anakan tangga menuju lantai 2. Langkahku melewati muka ICT, kelas Pendidikan agama, baru selanjutnya memasuki ruang kelas penyiaran komunikasi.

“ah... untunglah.” Pandanganku masih mendapati buku filsafat gelapku dibangku yang kududuki beberapa waktu lalu. Langkahku menghampirinya yang tergeleteak masih dengan posisi semula, tanganku menggapainya dan ku masukkan ketas cangklongku. Seusai segalanya, langkahku kembali langsung meninggalkan ruangan tadi yang terlihat sepi.

Aku berniat untuk melangkah melewati sisi barat kampus. Itu artinya aku akan melewati ruangan bahasa inggris. Ah. Aku ingat sesuatu tentang seseorang. Mr. eyebrow.

“Fera.” Sebuah suara seorang wanita menggema menyebutkan namaku. Dari ruang kelas bahasa inggris. Siapakah disana ? langkahku mendekat kearah pintu. Yang sedikit agak terbuka tanganku menggapai gagang pintu dan membukanya perlahan.

Hah…!!

Sontak, lagi-lagi aku terperangah dalam satu hari ini. Tubuhku seraya melayang, hatiku cenat-cenut, jantungku berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang, dan darahku mengalir lebih cepat dari ujung kaki hingga kepala.

“Kamu belum pulang.?” Pertanyaan basa-basi. Ada sedikit penyesalan mengapa aku menanggapi suara yang memanggilku. Mr. Ku sedang bersama seorang wanita yang aku kenal dekat.

“Baru mau pulang.” Jawabku berusaha santai. “Kalian sendiri ngapain.?” Sedikit ada nada kecurigaan sekaligus jealous, namun tetap dengan senyuman dan tatapan ramah.

“enggak ada, sharring saja, sini gabung.” Yang benar saja mereka mengajakku. Dan aku akan berada ditengah-tengah mereka berdua. Oh tidak. Aku akan menjadi obat nyamuk gratis bagi mereka.

“Eh iyya... thanks lain kali aja. lagian aku masih ada urusan.” Jawabku sekenanya.

“oowh… ya udah gak papa. Take care yaa.” Aku berlalu setelah menyapa dengan senyum manis yang kutahan.

Langkah ku cepat meninggalkan mereka. Aku ingin cepat-cepat sampai kekosanku, dengan rutukan tertahan dalam batinku. “Uh… kenapa aku harus bertemu dengannya. Disaat ia sedang bersama orang lain. Mungkinkah ada sesuatu diantara mereka ? ieh… mengapa aku harus melihat mereka.? Inikah nasibku. Mengagumi tanpa dicintai. Sudah.! Cukup sudah.! Aku lelah.!

Langkahku masih gusar melewati koridor lantai dua, kemudian menuruni anak tangga dengan hentakan kasar mewakili perasaan ku yang hancur berkeping. Beruntung sekali gadis yang bersama nya tadi, bisa menikmati kebersamaan dengan Mr. ku.

Namun sesaat kemudian. Mungkin akibat langkahku yang terlalu gusar, pandanganku tidak benar-benar memperhatikan jalan yang ku lewati hingga salah satu kakiku menginjak ujung rok ku, membuat langkah kakiku yang selanjutnya melayang. Dan aku tidak bisa menyeimbangi tubuhku.

“Aaaaa…” aku menjerit menyadari tubuhku yang limbung. Aku hampir terjerembab, namun gagal. Sebuah tangan kokoh menarik lenganku dan menyelamatkan aksi bodohku. Aku berhasil gagal dari keterjerembabanku.

Namun…

Lagi-lagi aku merasakan keanehan diriku sendiri. Bagaimana tidak, dia yang berhasil menyelamatkanku; Mr Eyebrow. Kaukah pahlawanku ? aku seperti melayang keudara lagi. Sungguh, sulit dipercaya. Tapi... ah, dia milik seseorang. Telah ada orang lain dihatinya.

“Next time be cerefull.” Suara itu menggetarkan jantungku. Aku semakin tak terkendali menatap matanya. Aku benar-benar terpesona. Dan tanpa aku duga, bibirnya membentuk senyuman manis yang menampakkan gigi ginsulnya. Oh tuhan. Maha susci Engkau yang telah menciptakan insan sesempurna ini.

“Oh iyya. Thanks.” sontak aku tersadar dari hayalanku.

“Are you Fera?”

“yes. I’m.”

“ooh.” Sosok itu mengangguk. “Yang barusan ketemu aku dikelas.” Aku mengangguk ragu. “Yang diam-diam sering merhatiin aku.?” Ya Tuhan. Ia menyadari gelagatku selama ini. Aku ragu menjawab. Hingga beberapa waktu aku membisu tanpa jawaban. “Oops sorry, mungkin aku salah orang.” Ia berniat untuk berlalu mendahului ku.

“Eh tunggu.” Ia menghentikan langkahnya dan mengurungkan niat nya setelah mendengar suara ku yang mencoba untuk menghentikan langkahnya. “kamu… kenapa yakin banget kalau itu aku.? Kalau aku yang selama ini yang sering merhatiin kamu.?” Tanya ku balik.

“Aku terlalu peka untuk sesuatu yang terjadi berulang-ulang. Dan kurasa hampir setiap orang juga begitu.” Ia menatapku dengan senyuman khas miliknya. Dan aku suka itu.

“Nggg…” aku bergeming. Antara ingin mengaku atau tetap bersembunyi. Dan ia mengerutkan dahinya hingga membuat kedua alisnya menyatu. Mungkin ia masih ingin mendengar apa yang akan aku katakan selanjutnya.

Dan posisiku dan ia masih diantara anakan tangga.

“jika kamu benar…” aku masih ragu. Ia masih menunggu. “Apa yang kamu lakukan selanjutnya.?” Tanya ku lagi lirih hamper tak terdengar.

“Hemm…” ia tersenyum lagi. “Maka aku akan katakana bahwa aku juga sering melakukan hal yang sama.” Hahh. Ini pasti mimpi. Kata –kata ini tidak mungkin mengalir negitu saja dari bibir tipisnya. Itu tidak mungkin.

“Kau sedang menggoda ku.?”

“Godaan nyata dan jujur untuk mendapatkan kamu.”

“Kau…” mahluk ini selalu saja berhasil membantuku untuk melayang tinggi keudara, dan kali ini hampir mencapai langit ketujuh.

“Aku mengagumimu sebelum kamu kenal aku.” Ungkapnya lembut. “kita pernah bertemu dikelas Komunikasi lantai dua. Pada 7 september, sekitar tiga bulan yang lalu. Dan aku rasa kamu tidak pernah menyadarinya, bukan.?” Ia masih meneruskan ungkapannya. “Sejak saat itulah aku sering memperhatikan mu dari jarak jauh. Pada saat kamu menitipkan salammu untuk ku.” Iyya, aku masih ingat. “aku merasa mendapat lampu hijau itu dari mu.”

“Aku masih sulit untuk percaya.”

“Iyya.” Jawabnya datar. “ karna aku tidak pernah berani terus terang mendekatimu.”

“tapi…” kalimatku menggantung. “perempuan bersamamu tadi.?”

“hemm…” tersenyum. Seraya menarik lenganku dan mengajak ku duduk bersamanya diantara anakan tangga. “Teman SMP ku dan sepupuku adalah kekasihnya.” Jelasnya singkat. Namun cukup membuat aku untuk mengerti. “Dan saat aku melihatmu dipintu tadi. Aku sengaja mengejarmu. Dan usahaku tidak sia-sia.” Sambungnya lagi. “Akhirnya Tuhan mempertemukan kita juga.”

Aku mengulum senyum memalukan.

Dan, kali ini benar-benar membuat aku malu. Tatapannya tidak pernah lepas dari pandangan mataku. “Izinkan aku terus mengagumi mu, mulai mencintai mu, dan menyayangimu.” Ungkapnya. Lagi-lagi semakin membuatku bertambah nervous. “Ehem…” aku hanya tersenyum

“Hanya hemm.?” Tanya nya dengan nada penasaran

“Nggg…” aku bergeming. “Bingung.” Seruku benar-benar kacau. Dasar Mr. Eyebrow. Sial. Kamu mampu membuat ku tak karuan.

“Bingung.?” Tuhan… ia tersenyum, kali ini sangat manis.

“Ok.” Dengan menarik nafas sedalam-dalamnya. “Hufft.” Dengan sekuat tenaga aku menjawab. “Dengan senang hati. Aku akan mengizinkan kamu melakukan semua itu untuk ku.”

Ia tesenyum lagi dan masih tersenyum. “Itu artinya…” ia menggantungkan kalimatnya. Sengaja membuat aku sangat penasaran dengan kalimat selanjutnya. “kamu juga mengizinkan aku untuk menjadi kekasih hatimu, bukan.?”

“Aku tidak mungkin menjawab tidak sedang hatiku sangat mengharapkan hal itu.”

“Hemm... aku mencintaimu.” Seraya mencoba menggapai jemariku dan digenggamnya.

AKU juga mencintaimu.”

Sekian...

Nah sobat demikian artikel tentang Mr. Eyebrow semoga bermanfaat.

2017 © Pena Kecil (https://tulispenakecil.blogspot.com*).

Cerpen Mr. Eyebrow

Cerpen romantis oleh umme aselha, Mr. Eyebrow
Umme Aselha
“Aku terlalu peka untuk sesuatu yang terjadi berulang-ulang. Dan kurasa hampir setiap orang juga begitu.”

Mr. Kamu Tahu Aku Tidak?

Oleh Umme Aselha

Mr…” geming ku. Otomatis bibirku membentuk nganga saat secara tidak sengaja. Ia baru saja berjalan dihadapanku. Sudah sejak lama aku mengaguminya. Namun hanya mappu menatapnya dari kejauhan. Aku tidak punya nyali untuk secara sengaja menghampirinya.


Aku masih terpaku ditempatku berdiri. Meski ia telah tidak lagi terlihat dihadapanku. Namun sesaat kemudian aku tersadarkan. Aku kembali melangkah menuruni anakan tangga ruang microteaching.

Fikiranku masih tertuju padanya. Senyumku mengembang saat ia hadir dalam benakku. Ah. Dia memang telah membuatku hampir gila. Terang saja, aku sering histeris saat melihatnya dan senyum-senyum sendiri saat mengingatnya. Menyadari ketampanan yang dimilikinya, tinggi badannya yang menawan dan senyum manis yang menampakkan gigi ginsulnya.

Aku pernah melihatnya tersenyum manis padaku. Ah entahlah. Aku tidak yakin senyum itu untukku. Karna aku fikir, untuk apa juga ia tersenyum padaku? Toh dia kan tidak mengenal siapa aku, tidak tahu identitasku. Meski ia seringkali mendapatiku tengah memperhatikannya dari kejauhan. Namun tetap saja aku tidak yakin bahwa ia tau itu adalah aku.

“Fera...”

“Eh, Efzi.” sapaku membalas sapaannya. “Denger-denger kamu mau pindah? Kapan?” aku mengenali sosok dihadapanku ini. Dia mahasiswa komunikasi, sama seperti aku. Dan entah kenapa tiba-tiba ia memutuskan pindah kuliyah dikampus lain.

“Iya. Ini lagi ngurus mutasi.” Jawabnya santai. “Kamu mau kemana.?”

“Microteaching.” Singkat. Tanpa basa-basi. “Oh ya, semangat yaa, dikampus baru kamu besok.” Aku menyambungkan ungkapan singkatku.

“Ok.” Senyumnya mengembang. “Kamu juga. Tetep semangat di sini, meskipun enggak ada aku.”

“Pasti.” Aku pun ikut mengembangkan senyumku. Sebelum akhirnya aku berlalu kembali melangkah menuju tujuan awalku dan meninggalkan Efzi.

#####


“Maaf Bung. Ruang micro sedang tidak kosong.” Lagi-lagi aku yang harus menginformasikan keadaan ruangan yang sering kali digunakan untuk acara-acara seminar menjelang ramadhan.

Selain ruang itu nyaman, juga tidak digunakan untuk mata kuliyah pasti.

“Ok. Bagaiamana kalau diruangan saya.?” Dengan nada khas dan suara ngebas nya.

Kita mengangguk mengiyakan tawaran Bung Joko Dosen mata kuliyah Announching ku. Beliau berani menawarkan ruangan mungilnya untuk kita. Karna mata kuliyah ini memang jarang sekali yang mengambil. Saat ini pun hanya aku, dan kedua sahabat baruku dikelas Announching. Maklum, kita baru saja bertemu beberapa kali. Karna aku juga adalah mahasiswa semester satu. Yaa.. masih mahasiswa baru.

Aku melangkah pasti menuju ruangan kecil milik Bung Joko dengan mantap diiringi dua manusia seperjuanganku yang lain.

“Bagaimana tugas kalian.?”

Ditanya seperti itu kita hanya melempar pandangan satu sama lain.

“Hemm…hemm.” Bung Joko melemparkan senyumnya pada kita. Kita hanya membalasnya dengan cengiran. “Ok. Coba kamu sampaikan apa yang kamu dapatkan selama satu minggu ini” pintanya ramah pada Karom. Salah satu diantara kita. Karom yang duduk tepat disebelahku, menyikut-nyikut lenganku.

“Nggg…” karom bergeming

“Ada apa.?”

“Eh tidak.” Cepat ia mengalihkan perhatian Bung Joko dengan menyampaikan hasil karangan kultum yang dibuatnya.

Beberpa menit kemudian karom telah menyelesaikan tugasnya. Bung Joko pun memberinya beberapa nasehat, arahan dan pendapat tentang tugas Karom.

“Sekarang giliran kamu”. Pandangannya tepat kearahku.

Aku siap dengan tugas ku kali ini. Aku menyampaikan kultum dengan seluruh kemampuanku. Dan disela-sela penampilanku tiba-tiba pak sidik, dosen wali kelasku. Ikut nimbrung diruangan Bung Joko. Sedikit aku merasa nervous. jujur saja, beliau juga adalah Dekan Fakultas ku. Namun begitu, aku tetap melanjutkan penampilanku dan tujuh menit tepat aku selesai menyampaikan Kultum.

“Bagus.” Aku bangga. “Tujuh menit pas.” Analisis Bung Joko. “Tapi…? Ah, aku tau semua memang tidak ada yang sempurna. “Leadnya kurang menggigit.” Serunya menasehati. “Dan ada beberapa hal yang fatal.” Hah ! aku tertegun mendengar kalimatnya. Dibagian mananya yan dimaksudkan beliau.? “Dari yang saya tangkap dari pendengaran saya, seolah-olah Haji dapat diganti dengan Iktikaf. Tapi saya yakin bukan itu yang kamu maksud. Jadi rubah kata-kata mu.”

Ok baiklah. Akan aku perbaiki yang salah.

#####

Cerpen romantis untuk kekasih, cerpen jatuh cinta, mr. eyebrow
Cerpen Mr. Eyebrow

Jam kuliyah ku hari ini usai. Aku dan kedua temanku keluar dari ruangan Bung Joko dengan nada gembira. Namun juga kecewa. Kemampuan kita belum memenuhi standart. Langkah kami beriringan melewati halaman kampus. Kita berniat untuk pulang secepatnya. Waktu dzuhur sudah hampir dititik penghabisan.

“Belum. Masih jam satu.” Ujar Karom mengingkari pendapatku. Ah ternyata aku salah. Jam ditanganku juga menyetujui pendapat Karom. Mungkin kejenuhanku yang membuatku merasa sudah terlalu lama berada didalam tadi.

“Eh, Rom.” Aku baru ingat. Untung saja masih diarea kampus. “Filsafat ku.” Akupun berlalu meninggalkan kedua sahabatku. “Kalian duluan aja.” Serunya seraya terus berlalu.

Langkah ku cepat melewati koridor kampus. Dari muka kantor administrasi, beralih kemuka ruang microteaching kemudian kemuka ruang leb. Baru menaiki anakan tangga menuju lantai 2. Langkahku melewati muka ICT, kelas Pendidikan agama, baru selanjutnya memasuki ruang kelas penyiaran komunikasi.

“ah... untunglah.” Pandanganku masih mendapati buku filsafat gelapku dibangku yang kududuki beberapa waktu lalu. Langkahku menghampirinya yang tergeleteak masih dengan posisi semula, tanganku menggapainya dan ku masukkan ketas cangklongku. Seusai segalanya, langkahku kembali langsung meninggalkan ruangan tadi yang terlihat sepi.

Aku berniat untuk melangkah melewati sisi barat kampus. Itu artinya aku akan melewati ruangan bahasa inggris. Ah. Aku ingat sesuatu tentang seseorang. Mr. eyebrow.

“Fera.” Sebuah suara seorang wanita menggema menyebutkan namaku. Dari ruang kelas bahasa inggris. Siapakah disana ? langkahku mendekat kearah pintu. Yang sedikit agak terbuka tanganku menggapai gagang pintu dan membukanya perlahan.

Hah…!!

Sontak, lagi-lagi aku terperangah dalam satu hari ini. Tubuhku seraya melayang, hatiku cenat-cenut, jantungku berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang, dan darahku mengalir lebih cepat dari ujung kaki hingga kepala.

“Kamu belum pulang.?” Pertanyaan basa-basi. Ada sedikit penyesalan mengapa aku menanggapi suara yang memanggilku. Mr. Ku sedang bersama seorang wanita yang aku kenal dekat.

“Baru mau pulang.” Jawabku berusaha santai. “Kalian sendiri ngapain.?” Sedikit ada nada kecurigaan sekaligus jealous, namun tetap dengan senyuman dan tatapan ramah.

“enggak ada, sharring saja, sini gabung.” Yang benar saja mereka mengajakku. Dan aku akan berada ditengah-tengah mereka berdua. Oh tidak. Aku akan menjadi obat nyamuk gratis bagi mereka.

“Eh iyya... thanks lain kali aja. lagian aku masih ada urusan.” Jawabku sekenanya.

“oowh… ya udah gak papa. Take care yaa.” Aku berlalu setelah menyapa dengan senyum manis yang kutahan.

Langkah ku cepat meninggalkan mereka. Aku ingin cepat-cepat sampai kekosanku, dengan rutukan tertahan dalam batinku. “Uh… kenapa aku harus bertemu dengannya. Disaat ia sedang bersama orang lain. Mungkinkah ada sesuatu diantara mereka ? ieh… mengapa aku harus melihat mereka.? Inikah nasibku. Mengagumi tanpa dicintai. Sudah.! Cukup sudah.! Aku lelah.!

Langkahku masih gusar melewati koridor lantai dua, kemudian menuruni anak tangga dengan hentakan kasar mewakili perasaan ku yang hancur berkeping. Beruntung sekali gadis yang bersama nya tadi, bisa menikmati kebersamaan dengan Mr. ku.

Namun sesaat kemudian. Mungkin akibat langkahku yang terlalu gusar, pandanganku tidak benar-benar memperhatikan jalan yang ku lewati hingga salah satu kakiku menginjak ujung rok ku, membuat langkah kakiku yang selanjutnya melayang. Dan aku tidak bisa menyeimbangi tubuhku.

“Aaaaa…” aku menjerit menyadari tubuhku yang limbung. Aku hampir terjerembab, namun gagal. Sebuah tangan kokoh menarik lenganku dan menyelamatkan aksi bodohku. Aku berhasil gagal dari keterjerembabanku.

Namun…

Lagi-lagi aku merasakan keanehan diriku sendiri. Bagaimana tidak, dia yang berhasil menyelamatkanku; Mr Eyebrow. Kaukah pahlawanku ? aku seperti melayang keudara lagi. Sungguh, sulit dipercaya. Tapi... ah, dia milik seseorang. Telah ada orang lain dihatinya.

“Next time be cerefull.” Suara itu menggetarkan jantungku. Aku semakin tak terkendali menatap matanya. Aku benar-benar terpesona. Dan tanpa aku duga, bibirnya membentuk senyuman manis yang menampakkan gigi ginsulnya. Oh tuhan. Maha susci Engkau yang telah menciptakan insan sesempurna ini.

“Oh iyya. Thanks.” sontak aku tersadar dari hayalanku.

“Are you Fera?”

“yes. I’m.”

“ooh.” Sosok itu mengangguk. “Yang barusan ketemu aku dikelas.” Aku mengangguk ragu. “Yang diam-diam sering merhatiin aku.?” Ya Tuhan. Ia menyadari gelagatku selama ini. Aku ragu menjawab. Hingga beberapa waktu aku membisu tanpa jawaban. “Oops sorry, mungkin aku salah orang.” Ia berniat untuk berlalu mendahului ku.

“Eh tunggu.” Ia menghentikan langkahnya dan mengurungkan niat nya setelah mendengar suara ku yang mencoba untuk menghentikan langkahnya. “kamu… kenapa yakin banget kalau itu aku.? Kalau aku yang selama ini yang sering merhatiin kamu.?” Tanya ku balik.

“Aku terlalu peka untuk sesuatu yang terjadi berulang-ulang. Dan kurasa hampir setiap orang juga begitu.” Ia menatapku dengan senyuman khas miliknya. Dan aku suka itu.

“Nggg…” aku bergeming. Antara ingin mengaku atau tetap bersembunyi. Dan ia mengerutkan dahinya hingga membuat kedua alisnya menyatu. Mungkin ia masih ingin mendengar apa yang akan aku katakan selanjutnya.

Dan posisiku dan ia masih diantara anakan tangga.

“jika kamu benar…” aku masih ragu. Ia masih menunggu. “Apa yang kamu lakukan selanjutnya.?” Tanya ku lagi lirih hamper tak terdengar.

“Hemm…” ia tersenyum lagi. “Maka aku akan katakana bahwa aku juga sering melakukan hal yang sama.” Hahh. Ini pasti mimpi. Kata –kata ini tidak mungkin mengalir negitu saja dari bibir tipisnya. Itu tidak mungkin.

“Kau sedang menggoda ku.?”

“Godaan nyata dan jujur untuk mendapatkan kamu.”

“Kau…” mahluk ini selalu saja berhasil membantuku untuk melayang tinggi keudara, dan kali ini hampir mencapai langit ketujuh.

“Aku mengagumimu sebelum kamu kenal aku.” Ungkapnya lembut. “kita pernah bertemu dikelas Komunikasi lantai dua. Pada 7 september, sekitar tiga bulan yang lalu. Dan aku rasa kamu tidak pernah menyadarinya, bukan.?” Ia masih meneruskan ungkapannya. “Sejak saat itulah aku sering memperhatikan mu dari jarak jauh. Pada saat kamu menitipkan salammu untuk ku.” Iyya, aku masih ingat. “aku merasa mendapat lampu hijau itu dari mu.”

“Aku masih sulit untuk percaya.”

“Iyya.” Jawabnya datar. “ karna aku tidak pernah berani terus terang mendekatimu.”

“tapi…” kalimatku menggantung. “perempuan bersamamu tadi.?”

“hemm…” tersenyum. Seraya menarik lenganku dan mengajak ku duduk bersamanya diantara anakan tangga. “Teman SMP ku dan sepupuku adalah kekasihnya.” Jelasnya singkat. Namun cukup membuat aku untuk mengerti. “Dan saat aku melihatmu dipintu tadi. Aku sengaja mengejarmu. Dan usahaku tidak sia-sia.” Sambungnya lagi. “Akhirnya Tuhan mempertemukan kita juga.”

Aku mengulum senyum memalukan.

Dan, kali ini benar-benar membuat aku malu. Tatapannya tidak pernah lepas dari pandangan mataku. “Izinkan aku terus mengagumi mu, mulai mencintai mu, dan menyayangimu.” Ungkapnya. Lagi-lagi semakin membuatku bertambah nervous. “Ehem…” aku hanya tersenyum

“Hanya hemm.?” Tanya nya dengan nada penasaran

“Nggg…” aku bergeming. “Bingung.” Seruku benar-benar kacau. Dasar Mr. Eyebrow. Sial. Kamu mampu membuat ku tak karuan.

“Bingung.?” Tuhan… ia tersenyum, kali ini sangat manis.

“Ok.” Dengan menarik nafas sedalam-dalamnya. “Hufft.” Dengan sekuat tenaga aku menjawab. “Dengan senang hati. Aku akan mengizinkan kamu melakukan semua itu untuk ku.”

Ia tesenyum lagi dan masih tersenyum. “Itu artinya…” ia menggantungkan kalimatnya. Sengaja membuat aku sangat penasaran dengan kalimat selanjutnya. “kamu juga mengizinkan aku untuk menjadi kekasih hatimu, bukan.?”

“Aku tidak mungkin menjawab tidak sedang hatiku sangat mengharapkan hal itu.”

“Hemm... aku mencintaimu.” Seraya mencoba menggapai jemariku dan digenggamnya.

AKU juga mencintaimu.”

Sekian...

Nah sobat demikian artikel tentang Mr. Eyebrow semoga bermanfaat.

2017 © Pena Kecil (https://tulispenakecil.blogspot.com*).

Subscribe Our Newsletter