-->

Halaman

    Social Items

Simphoni Langit Sore, Senja di sore hari
Langit sore memang selalu memberikan kesan yang berbeda bagi setiap orang, termasuk Admin dan penulis dari Artikel Simphoni Langit Sore yang akan admin bagikan ini kali ini.

Memang tidak akan pernah ada jenuhnya menuliskan sesuatu dengan bertemakan Langit yang sedang menunjukkan keindahannya, memberi salam perpisahan dengan sejuta kindahan. Melukiskan warna jingga di kanvas yang tak berbatas.

Admin sendiri beberapa kali menulis dengan tema Sore Hari, ya bisa di bilang sebuah catatan saja atau sebuah curahan hati. salah satunya bisa sobat baca di artikel berikut ini Kopi Senja

Simphoni Langit Sore

Oleh Ade Novit Rahmawan

Langit Sore sebuah isyarat yang mewakili segala keindahan yang tercurah dan terlimpah, meninggalkan hari dengan salam perpisahan termanis dari mentari bagi siapa pun yang mencintainya.

Warnanya begitu memanjakan mata, semilir anginnya bagai tiupan ibu ketika aku merasa gerah waktu kecil dulu. Di waktu ini ingin kusaksikan sebuah simphoni alam yang selalu kunantikan, orkestra sebuah senja.

Senja, sajian yang disuguhkan mentari untuk meninggalkan hari. Meninggalkan manis yang tak terkira. Tak ada yang merasa tersakiti olehnya, yang ada hanya menyisakan rindu yang menggebu dan menambah cinta yang mambuat hati selalu bertasbih padaNya.

“Apa ini yang namanya perpisahan sejati?”, tanyaku pada langit. Tapi tak dijawabnya. Dia hanya tersenyum, sedikit malu-malu. Tapi memang kurasa jawabnya “iya”.

Sekarang siapa yang ingin merasakan sebuah perpisahan berasa pahit, berasa kalut, sampai berasa yang tak ada rasa. Tak ada yang ingin, apa dan siapa pun ia.

Seorang pecinta, tak ingin berpisah dengan cara seperti itu. Tak akan rela meninggalkan akhir yang tak bahagia untuk kasihnya. Bahkan tentang hidup sekalipun, tak ada yang ingin mati dengan su’ul khotimah. Semua berdo’a berharap mati dengan khusnul Khotimah.

Meninggalkan cerita yang terlukis manis seperti yang senja gambarkan di langit sore. Makhluk kecil sepertiku hanya akan hanyut menyelami segalanya.

Senja... Terima kasih telah mengajarkan bagaimana cara “berpisah” dengan begitu indahnya.

Esok hari, ku tunggu kau kembali, menyapa hari-hariku lagi. Menemani menghadapi hari.

"Salam rindu untukmu, senja."

Ada kometar untuk arikel Simphoni Langit Sore ini? Silahkan sobat sampaikan di kolom komentar. Atau sobat ingin berbagi pengalaman tentang kesan yang sobat dapat ketika langit berubah warna menjadi merah keemasan? Bolehlah di sampaikan di kolom komentar kita berbagi sedikit pengalaman. Semoga bermanfaat.

2018 © Pena Kecil (https://tulispenakecil.blogspot.com*).

Simphoni Langit Sore

Simphoni Langit Sore, Senja di sore hari
Langit sore memang selalu memberikan kesan yang berbeda bagi setiap orang, termasuk Admin dan penulis dari Artikel Simphoni Langit Sore yang akan admin bagikan ini kali ini.

Memang tidak akan pernah ada jenuhnya menuliskan sesuatu dengan bertemakan Langit yang sedang menunjukkan keindahannya, memberi salam perpisahan dengan sejuta kindahan. Melukiskan warna jingga di kanvas yang tak berbatas.

Admin sendiri beberapa kali menulis dengan tema Sore Hari, ya bisa di bilang sebuah catatan saja atau sebuah curahan hati. salah satunya bisa sobat baca di artikel berikut ini Kopi Senja

Simphoni Langit Sore

Oleh Ade Novit Rahmawan

Langit Sore sebuah isyarat yang mewakili segala keindahan yang tercurah dan terlimpah, meninggalkan hari dengan salam perpisahan termanis dari mentari bagi siapa pun yang mencintainya.

Warnanya begitu memanjakan mata, semilir anginnya bagai tiupan ibu ketika aku merasa gerah waktu kecil dulu. Di waktu ini ingin kusaksikan sebuah simphoni alam yang selalu kunantikan, orkestra sebuah senja.

Senja, sajian yang disuguhkan mentari untuk meninggalkan hari. Meninggalkan manis yang tak terkira. Tak ada yang merasa tersakiti olehnya, yang ada hanya menyisakan rindu yang menggebu dan menambah cinta yang mambuat hati selalu bertasbih padaNya.

“Apa ini yang namanya perpisahan sejati?”, tanyaku pada langit. Tapi tak dijawabnya. Dia hanya tersenyum, sedikit malu-malu. Tapi memang kurasa jawabnya “iya”.

Sekarang siapa yang ingin merasakan sebuah perpisahan berasa pahit, berasa kalut, sampai berasa yang tak ada rasa. Tak ada yang ingin, apa dan siapa pun ia.

Seorang pecinta, tak ingin berpisah dengan cara seperti itu. Tak akan rela meninggalkan akhir yang tak bahagia untuk kasihnya. Bahkan tentang hidup sekalipun, tak ada yang ingin mati dengan su’ul khotimah. Semua berdo’a berharap mati dengan khusnul Khotimah.

Meninggalkan cerita yang terlukis manis seperti yang senja gambarkan di langit sore. Makhluk kecil sepertiku hanya akan hanyut menyelami segalanya.

Senja... Terima kasih telah mengajarkan bagaimana cara “berpisah” dengan begitu indahnya.

Esok hari, ku tunggu kau kembali, menyapa hari-hariku lagi. Menemani menghadapi hari.

"Salam rindu untukmu, senja."

Ada kometar untuk arikel Simphoni Langit Sore ini? Silahkan sobat sampaikan di kolom komentar. Atau sobat ingin berbagi pengalaman tentang kesan yang sobat dapat ketika langit berubah warna menjadi merah keemasan? Bolehlah di sampaikan di kolom komentar kita berbagi sedikit pengalaman. Semoga bermanfaat.

2018 © Pena Kecil (https://tulispenakecil.blogspot.com*).

Subscribe Our Newsletter