Aku, Tulisan Dan Cerita
Oleh : Pena KecilEntah hingga sekarang aku belum mengerti tentang apa yang ku lakukan saat ini. Aku hanya bisa mengatakan bahwa sejak lama aku merasa terpanggil untuk melakukannya. aku merasakan panggilan ini sejak aku beranjak dewasa.
Aku bercerita tentang menulis atau lebih tepatnya menulis yang merupakan salah satu media untuk bercerita. Menceritakan hal-hal yang hanya kubayangkan dan tidak pernah terjadi di dunia ini. Tentu saja sebagian orang menganggap itu merupakan cara yang aneh. Menghabiskan waktu dalam hidup dengan duduk sendirian disebuah kamar dengan sebuah pena ditangan, menunggu sampai detik demi detik menit demi menit jam demi jam berlalu, hari demi hari berlalu, tahun demi tahun, hanya untuk menuangkan kata-kata di atas kertas. Kertas yang nantinya hanya akan melahirkan kepingan-kepingan cerita yang tidak pernah ada, selain yang ada dalam kepalaku.
Mengapa aku melakukan hal semacam itu? Jawaban yang bisa kuberikan hanya karena aku harus melakukannya, karena aku tidak punya pilihan. Aku hanya berusaha untuk membuat, menciptakan dan menemukan sesuatu dari kepalaku, karena tidak bisa dielakkan lagi manusia tidak lepas dari ketiganya.
Namun timbul pertanyaan, sampai batas mana aku terus melakukannya? Apa tujuan pasti dari itu semua? Selain itu aku berfikir bahwa; tulisan tidak pernah memberi makan anak-anak kelaparan, tulisan tidak pernah bisa menghentikan peluru yang melesat dan merajam tubuh korban tak berdosa, tulisan juga tidak pernah mencegah bom agar tidak jatuh dan meledakkan para warga tak berdosa di tengah peperangan.
Menulis merupakan sebuah seni. Seni itu tidak ada gunanya, setidaknya bila kita sandingkan dengan pekerjaan seorang tukang becak, atau seorang dokter, atau seorang presiden. Namun apakah ketidak-bergunaan itu hal yang buruk? Apakah karya seni seperti buku, lukisan dan musik lantas jadi hal-hal yang membuang waktu hanya karena mereka tidak memiliki kegunaan praktis? Sebelum aku memberi argument, jangan lupa bahwa Hitler juga dimasa mudanya adalah seorang seniman. Para raja lalim dan diktator mereka rajin membaca novel. Bahkan para pembunuh di penjara juga gemar membaca novel, melukis dan bernyanyi. Maka siapa yang bisa meng-klaim bahwa orang-orang itu tidak mendapatkan kepuasan yang sama dari seni?
Menurutku seni memiliki nilai lebih. Kenapa ia mempunyai nilai lebih? Penciptaan seni adalah hal yang membedakan kita dari mahluk-mahluk lain yang hidup di planet ini, lebih singkatnya seni adalah hal yang mendifinisikan kita sebagai manusia. Sedangkan seni dalam menulis berada di alam yang berbeda dibandingkan dengan seni lain. Mediumnya adalah bahasa, dan bahasa adalah sesuatu yang kita bagi dengan orang lain, yang sifatnya umum bagi kita semua.
Sejak saat kita pertama belajar bicara, kita mulai mendambakan cerita. Bagi mereka yang bisa mengingat masa kecilnya, mereka pasti menikmati saat dulu mereka dibacakan cerita sebelum tidur, ketika ayah dan ibu mereka duduk di tepi ranjang, di tengah cahaya remang-remang dan membacakan buku dongeng.
Aku ingat ketika dulu seorang nenek dalam keluargaku yang suka menceritakan dongeng-dongen hanya untuk mengantarkan aku menuju mimpi dalam tidur. Aku menyukainya dan terkadang aku meminta agar nenek selalu menceritakan dongeng-dongengnya kembali. Mungkin dari situ ketertarikanku terhadap cerita yang membuatku menjadi tertarik untuk menulis. Cerita juga mengajarkan bagaimana sebuah sejarah bisa kita ketahui, sebut saja kita mengenal sejarah tidak serta-merta kita hadir dalam kejadian, melainkan kita mendapatkannya dari cerita, dongeng dan sebagainya.
Kesimpulannya, cerita tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari, aku membutuhkan cerita untuk mengetahui masa lalu, aku membutuhkan cerita untuk menuju masa depan, aku membutuhkan cerita untuk mengembangkan tulisan. Dan aku hadir bersama cerita masa lalu yang mana sudah di tuliskan dalam takdir sang pencipta.Nah sobat demikian artikel tentang Aku, Tulisan Dan Cerita semoga bermanfaat.
2017 © Pena Kecil (https://tulispenakecil.blogspot.com*).