Sudah lama sejak hari itu pena ku tak bercerita. Kali ini dia ingin berbicara. Dan lagi-lagi kamulah yang menjadi lakon utamanya.
Untuk yang kesekian kalinya, kamu berhasil membuat airmataku terjatuh hingga mebasahi pipi yang pernah kamu keringkan dengan bahagia.
Harusnya, Hari Ini Menjadi Hari Bahagia Kita
Tapi, lagi-lagi aku tersadar bahwa kita sudah bahagia. Ah buka kita, tapi kamu yang sudah bahagia.
Kata bahagia bagiku hanyalah sebatas fatamorgana. Aku bisa merasakan keberadaannya tapi aku tidak pernah bisa mendapatkannya.
Aku sadar betul tentang cinta dan bahagia. Tapi dan tapi, terkadang ada rasa pahit yang mengganggu, dan sayangnya ini nyata. Bahkan, pahitnya tampak dan terasa beribu kali jauh lebih nyata dari cerita-cerita sebelumnya.
Orang bilang aku idiot karena aku masih saja bertahan. Tapi, tapi, dan tapi, cinta itu memang buta. Buta yang seluruhnya, karena otak, hati, rasa, jiwa, dan segala milikku ikut-ikutan buta.
Hari ini adalah hari yang semestinya menjadi milik kita.
Hari dimana kita saling menuntaskan rindu yang pernah terucap. Namun, hari ini nyatanya hanya berpihak kepad mu bukan kepada kita.
Hari ini adalah hari yang semestinya menjadi hari kita.
Hari dimana kita saling berbisik kata cinta dan bahagia. Namun nyatanya, bisikan itu tak aku dengar lagi dari mu. Hari ini hanyalah kematian bagi rinduku yang sudah tak memiliki tuan untuk berpulang.
Tapi cinta tetaplah cinta yang tidak bisa di buat pura-pura, rindu tetaplah rindu yang selalu mendambakan temu. Aku mencintaimu dan rinduku selalu milikmu.2019 © Pena Kecil (www.penakecil.id)*.
Meskipun aku tahu hari ini dan besok bukan milik kita lagi.