-->

Halaman

    Social Items

Kebersamaan Kita itu Cinta Malam ini sangat sunyi. Sepi seakan menemaniku tanpa sekalipun ingin beranjak pergi. Ingatanku kembali mengenang sosok yang dulu memang pernah bersama. Ya, dulu memang pernah bersama.

Aku ingat saat aku dan dia masih bersama dalam satu rasa yang kami bilang itu adalah “CINTA”.

Dia orang yang menyiksa rasaku. Waktu itu sudah berlangsung lama, tapi hatiku tetap sama. Setidaknya cinta pernah mengantarkan aku bahagia bersamanya meskipun akhirnya aku harus rela cinta ini meyakitiku.
 Kebersamaan Kita itu Cinta

Apa kabar kamu sekarang ini?


Pernahkah kamu merasakan hal yang sama denganku sejak perpisahan beberapa waktu lalu? Aku di sini masih saja bermimpi tentang cita-cita yang pernah kita bicarakan dulu.

Kamu wanita pertama yang mampu membuatku bahagia dengan cinta. Dan kamu wanita pertama yang mampu membuat ku menangis karena cinta.

Aku tak bisa membohongi hatiku sendiri bahwa, didalam hatiku yang paling dalam namamu tak pernah bisa hilang. Semakin keras aku berusaha menghapusnya semakin keras pula namamu berusa muncul kepermukaan.

Dilemaku tak berhenti sampai di situ, beberapa waktu lalu aku pernah melihatmu di beranda sosial mediaku. Lantas airmataku jatuh begitu saja. Entah alasan apa aku juga tidak tahu.

Tak seharusnya rasa ini kubiarkan tumbuh mengakar begitu saja. Tapi, benar aku tak bisa menghentikannya. Sulit, sesulit menerima keputusanmu untuk berpisah denganku.
Andai waktu bisa ku putar kembali. Aku lebih baik tidak mengenalmu daripada aku mengenalmu lalu kehilangan.
Tapi itu tidak mungkin ku lakukan karena yang terjadi memang semestinya terjadi, menyesalpun tidak akan ada gunanya. Bukankah kamu di sana sekarang sudah bahagia? Aku harap demikian.

Sejak perpisahan waktu itu. Ada beberapa perubahan yang terjadi padamu. Dan aku bahagia karena kamu yang sekarang semakin dewasa. Aku bahagia melihatmu menjadi wanita yang mampu menjadikan pengalaman sebuah pelajaran berharga.

Dan aku yakin aku juga bisa menjadi sepertimu, menjadi lelaki yang lebih dewasa, menerima semuanya dengan lapang, lebih bertanggung jawab terhadap keputusan yang sudah aku buat.

Jika aku boleh meminta; bolehkah aku belajar darimu? Belajar melupakan, belajar tegar menghadapi perpisahan belajar tegar memutuskan sebuah hubungan.

Kebersaam kita yang dulu pernah kita namakan Cinta mungkin hanya akan jadi kenangan bagimu. Akan tetapi bagiku, kenangan ini akan menjadi sebuah genangan saat sunyi dan sepi menghampiri.

2019 © Pena Kecil (www.penakecil.id/)*.

Kebersamaan Kita itu Cinta

Kebersamaan Kita itu Cinta Malam ini sangat sunyi. Sepi seakan menemaniku tanpa sekalipun ingin beranjak pergi. Ingatanku kembali mengenang sosok yang dulu memang pernah bersama. Ya, dulu memang pernah bersama.

Aku ingat saat aku dan dia masih bersama dalam satu rasa yang kami bilang itu adalah “CINTA”.

Dia orang yang menyiksa rasaku. Waktu itu sudah berlangsung lama, tapi hatiku tetap sama. Setidaknya cinta pernah mengantarkan aku bahagia bersamanya meskipun akhirnya aku harus rela cinta ini meyakitiku.

 Kebersamaan Kita itu Cinta

Apa kabar kamu sekarang ini?


Pernahkah kamu merasakan hal yang sama denganku sejak perpisahan beberapa waktu lalu? Aku di sini masih saja bermimpi tentang cita-cita yang pernah kita bicarakan dulu.

Kamu wanita pertama yang mampu membuatku bahagia dengan cinta. Dan kamu wanita pertama yang mampu membuat ku menangis karena cinta.

Aku tak bisa membohongi hatiku sendiri bahwa, didalam hatiku yang paling dalam namamu tak pernah bisa hilang. Semakin keras aku berusaha menghapusnya semakin keras pula namamu berusa muncul kepermukaan.

Dilemaku tak berhenti sampai di situ, beberapa waktu lalu aku pernah melihatmu di beranda sosial mediaku. Lantas airmataku jatuh begitu saja. Entah alasan apa aku juga tidak tahu.

Tak seharusnya rasa ini kubiarkan tumbuh mengakar begitu saja. Tapi, benar aku tak bisa menghentikannya. Sulit, sesulit menerima keputusanmu untuk berpisah denganku.
Andai waktu bisa ku putar kembali. Aku lebih baik tidak mengenalmu daripada aku mengenalmu lalu kehilangan.
Tapi itu tidak mungkin ku lakukan karena yang terjadi memang semestinya terjadi, menyesalpun tidak akan ada gunanya. Bukankah kamu di sana sekarang sudah bahagia? Aku harap demikian.

Sejak perpisahan waktu itu. Ada beberapa perubahan yang terjadi padamu. Dan aku bahagia karena kamu yang sekarang semakin dewasa. Aku bahagia melihatmu menjadi wanita yang mampu menjadikan pengalaman sebuah pelajaran berharga.

Dan aku yakin aku juga bisa menjadi sepertimu, menjadi lelaki yang lebih dewasa, menerima semuanya dengan lapang, lebih bertanggung jawab terhadap keputusan yang sudah aku buat.

Jika aku boleh meminta; bolehkah aku belajar darimu? Belajar melupakan, belajar tegar menghadapi perpisahan belajar tegar memutuskan sebuah hubungan.

Kebersaam kita yang dulu pernah kita namakan Cinta mungkin hanya akan jadi kenangan bagimu. Akan tetapi bagiku, kenangan ini akan menjadi sebuah genangan saat sunyi dan sepi menghampiri.

2019 © Pena Kecil (www.penakecil.id/)*.

Subscribe Our Newsletter