-->

Halaman

    Social Items

Dear Senja, pantaskah aku menemanimu

Apa aku pantas menemanimu kala sore ada?
Senja, Kamu begitu indah, dan aku tidak pernah seindah semburat warnamu di kala sore menjelang. Yang aku hawatirkan, kepantasanku.
Satu warna itu tak pernah kumiliki, dan aku tau itu.
Senja, aku tahu, diantara warna indah yang kau lukiskan di kanvas takberbatas saat sore menjelang. Ada satu warna yang selalu ingin kau miliki untuk menemani menjemput malam.

Sekarang atau nanti pun tak ada bedanya, hanya masalah waktu saja.
Senja, sore ini aku sedang memandang ke arahmu. Aku takut ketika kau tenggelam dan berganti malam, aku akan kehilanganmu. Tapi, bukankah kita pada akhirnya akan kehilangan.

Senja, sore ini, tak seperti biasanya aku tetap bertahan untukmu. Sore ini, aku melangkahkan kakiku ke belakang dengan amat teratur. Mundur perlhan,langkah demi langkah ke belakang, kemudian berbalik, berlari, dan hilang.

Senja, butuh waktu untuk mengambil langkah ke belakang. Butuh cara agar langkahku teratur dan tidak terlalu menyakitkan. Tapi, lambat laun, aku akan hilang. Dan kau tak perlu berpikir ke mana kakiku melangkah mundur. Karena tak akan mempengaurhi indahmu, sedikitpun.
Harusnya kucukupkan saja sejak awal.
Senja, mungkin aku harusnya sadar lebih dalam tentang indahmu. Dan aku tak perlu membiarkan rasa kagumku akan pendar warnamu tumbuh lebih lama dan tertanam lebih dalam.

Senja, aku tahu, mimpimu bukan aku. Dan meski warna itu berada jauh dari sisimu, tapi tidak dengan hati dan pikirnamu.

Senja, terimakasih telah memberi jeda hatiku untuk bernapas. Aku sudah menyusun satu langkah ke belakang. Semoga langkah keduaku segera menyusul tanpa sakit sedikit pun.
Senja, kau tau? Kau hanya peristiwa sederhana, tapi istimewa untukku.

Terimakasih, Senja.

Dear Senja : Apakah Aku Pantas Menemanimu?

Dear Senja, pantaskah aku menemanimu

Apa aku pantas menemanimu kala sore ada?
Senja, Kamu begitu indah, dan aku tidak pernah seindah semburat warnamu di kala sore menjelang. Yang aku hawatirkan, kepantasanku.
Satu warna itu tak pernah kumiliki, dan aku tau itu.
Senja, aku tahu, diantara warna indah yang kau lukiskan di kanvas takberbatas saat sore menjelang. Ada satu warna yang selalu ingin kau miliki untuk menemani menjemput malam.

Sekarang atau nanti pun tak ada bedanya, hanya masalah waktu saja.
Senja, sore ini aku sedang memandang ke arahmu. Aku takut ketika kau tenggelam dan berganti malam, aku akan kehilanganmu. Tapi, bukankah kita pada akhirnya akan kehilangan.

Senja, sore ini, tak seperti biasanya aku tetap bertahan untukmu. Sore ini, aku melangkahkan kakiku ke belakang dengan amat teratur. Mundur perlhan,langkah demi langkah ke belakang, kemudian berbalik, berlari, dan hilang.

Senja, butuh waktu untuk mengambil langkah ke belakang. Butuh cara agar langkahku teratur dan tidak terlalu menyakitkan. Tapi, lambat laun, aku akan hilang. Dan kau tak perlu berpikir ke mana kakiku melangkah mundur. Karena tak akan mempengaurhi indahmu, sedikitpun.
Harusnya kucukupkan saja sejak awal.
Senja, mungkin aku harusnya sadar lebih dalam tentang indahmu. Dan aku tak perlu membiarkan rasa kagumku akan pendar warnamu tumbuh lebih lama dan tertanam lebih dalam.

Senja, aku tahu, mimpimu bukan aku. Dan meski warna itu berada jauh dari sisimu, tapi tidak dengan hati dan pikirnamu.

Senja, terimakasih telah memberi jeda hatiku untuk bernapas. Aku sudah menyusun satu langkah ke belakang. Semoga langkah keduaku segera menyusul tanpa sakit sedikit pun.
Senja, kau tau? Kau hanya peristiwa sederhana, tapi istimewa untukku.

Terimakasih, Senja.

Subscribe Our Newsletter