-->

Halaman

    Social Items

Hatiku, Hatimu Dan Kisah Kita
Tentang Hati

HATIKU, HATIMU DAN KISAH KITA

Oleh: Noer Al Boeyani

ENTAH harus darimana aku memulainya. Sampai aku menulis ini pun aku membutuhkan waktu yang cukup lama. Apalagi sampai memikirkan tentang apa yang akan aku tuliskan. Mungkin aku akan menghabiskan sepanjang hariku untuk memikirkannya.

Ini Tentang Hati


Hatiku dan hatimu yang menjadi kita, ya!!! Kisah kita. Dan masih saja aku bingung untuk memulainya, aku bingung menuliskan apa yang ada dalam kepalaku hingga aku sadar bahwa ini tentang hati bukan tentang apa yang ada dalam kepalaku.

Baiklah, aku akan memulainya...

Hatiku...


Ia pernah tarluka, mengalami luka yang tidak ada obatnya jika menurut ilmu Kedokteran. Ya, hatiku pernah patah, hancur berkeping-keping lebih dari setahun lamanya, mungkin jika ku ingat hampir 2 tahun aku berusaha mengobati hatiku tanpa dia (seseorang yang pernah mematahkannya).

Hatiku, mencoba tegar menerima kenyataan, “Pahit” kataku. Mencoba bertahan di atas puing-puing kenangan. Mencoba sembuh dari sakitnya. Dan dia - Seseorang terkasih itu - tak pernah tau tentang hatiku yang terluka. Tentang hatiku yang bertahan. Tentang hatiku yang sakit dan betapa menderitanya aku karena ini.

Dan Hatimu...


Lagi-lagi aku bingung menceritakannya, aku tidak tahu banyak tentang hatimu. Entah bagaimana Aku harus memulainya, hatimu yang hingga sekarang tak pernah ku ketahui kebenarannya. Namun aku sedikit akan mencoba menceritakannya. Maaf jika salah.

Hatimu. Aaahhh....!!! Aku tidak tahu!!! Aku sama sekali tidak mengerti tentang hatimu. Yang aku tau dari mereka, kamu juga sedang terluka, saat aku terluka. Pada awalnya, aku tidak tertarik tentangmu, tentang kisahmu, tentang hatimu, apa yang kau alami, apa yang kau kau rasakan, apa yang kau lakukan. Aku tidak memperdulikan itu. Yang jelas aku disini sedang berjuang, mengobati hatiku. Dan aku putus asa menceritakan hatimu. “Aku tidak tahu!! Aku tidak tahu!!”. Jadi, bisakah kau ceritakan tentang hatimu?.

Dan Kisah Kita...


Hahahaha... apakah kau bertanya mengapa aku memulainya dengan tawa??? Seperti ini. Kita??? Tidak salah??? Lucu jika aku mendengarnya. Sejak kapan aku dan kamu menjadi kita??? Sejak kapan??? Hahahaha aku saja sudah lupa bagaimana mulanya kita ada.

Berawal dari kisah temanku, disitulah aku mengenalmu. Hanya mengenalmu. Keinginan untuk “move on” dari masa lalu itulah mungkin yang menyebabkan aku ingin lebih lagi mengenalmu. Aku yang mulanya tidak tertarik ingin mengenalmu, perlahan memaksa “inginku” untuk mengenalmu. Dan aku tahu sedikit banyak tentangmu itu tentunya dari “mereka”. Aku jadi ingin tahu mengapa kau bersedih sedemikian sedihnya, Mengapa kau kecewa seakan tak hidup, Apa yang membuatmu jatuh seakan tak bisa berdiri lagi, Mengapa ini dan Mengapa itu. Aku ingin tau seberapa sakitmu, karena aku merasa sakit yang aku rasa ketika itu adalah sesakit-sakitnya sakit.

Waktu itu, aku merasa tak ada seorangpun yang merasakan sakit sesakit aku. Tapi mungkin aku salah. Kamu juga merasakan sakit. Dan aku ingin tahu tentang sakitmu, apakah sama dengan sakitku. Aku ingin tahu bagaimana kamu menyembuhkannya, aku ingin tahu bagaimana kamu menghibur hatimu, aku ingin tahu bagaimana caranya kamu berdiri lagi lalu melangkah. Aku ingin tahu semua tentang itu. Jujur saja karena saat itu aku sudah hilang harap, entah apalagi yang harus aku lakukan, aku ingin mati tapi aku takut.

Hampir dua tahun lamanya aku hidup tanpa “nyawa”, hidup tak hidup matipun tak mati. Ah... jika aku memikirkannya muak rasanya.!!!

Lalu sampai kapan???

Sampai akhirnya aku tersadar. Apapun yang terjadi dalam hidup. Sesakit apapun. Hidup harus terus berjalan. Waktu tak akan menunggu. Masih ada perut yang harus diisi ketika lapar, masih ada mata yang harus di istirahatkan ketika mengantuk. Dan mungkin aku harus berpindah dari sini. Mencari arti hidup. Hidupku yang baru. Mungkin juga hatiku.

Alasan aku ingin mengenalmu lebih jauh... Mungkin aku jahat jika mengenalmu hanya untuk melupakan rasaku padanya. Tapi bukan itu alasan satu-satunya. Meski aku juga akui, pernah terselip alasan itu saat aku ingin mengenalmu tanpa bermaksud memanfaatkanmu. Ku harap kau tak salah paham. Maaf.

Alasan lainnya... Ku rasa hatiku mulai suka padamu. Aku juga tahu rasa apa ini. Mungkin sayang atau bahkan cinta. Yang aku tau, aku senang saat kau ada, aku mencari saat kau tak ada, aku merasa kehilangan saat kau "pergi" sejenak ketika itu. Padahal aku sudah menjaga hatiku agar untuk tidak jatuh lagi. Tidak sakit lagi. Aku tidak mau punya "seseorang" lagi. Aku sudah cukup menderita. Bukan aku tak percaya. Bukan aku tak yakin. Hanya saja aku tak ingin merasakannya lagi. “Luka”.

Dan jika hari ini kau memang ingin pergi. Pergilah. Aku tak akan menahanmu disini. Jika aku harus kehilangan. Inilah hidup, aku harus terus berjalan. Ku doakan semoga kau baik disana.
Ini bukan surat cinta. Bukan juga salam perpisahan.
Ini tentang hati. Hatiku, Hatimu dan Kisah kita.
Jombang, 16 Mei 2017

Nah sobat demikian artikel tentang Hatiku, Hatimu dan Kisah Kita semoga bermanfaat.

2017 © Pena Kecil (https://tulispenakecil.blogspot.com*).


Hatiku, Hatimu dan Kisah Kita

Hatiku, Hatimu Dan Kisah Kita
Tentang Hati

HATIKU, HATIMU DAN KISAH KITA

Oleh: Noer Al Boeyani

ENTAH harus darimana aku memulainya. Sampai aku menulis ini pun aku membutuhkan waktu yang cukup lama. Apalagi sampai memikirkan tentang apa yang akan aku tuliskan. Mungkin aku akan menghabiskan sepanjang hariku untuk memikirkannya.

Ini Tentang Hati


Hatiku dan hatimu yang menjadi kita, ya!!! Kisah kita. Dan masih saja aku bingung untuk memulainya, aku bingung menuliskan apa yang ada dalam kepalaku hingga aku sadar bahwa ini tentang hati bukan tentang apa yang ada dalam kepalaku.

Baiklah, aku akan memulainya...

Hatiku...


Ia pernah tarluka, mengalami luka yang tidak ada obatnya jika menurut ilmu Kedokteran. Ya, hatiku pernah patah, hancur berkeping-keping lebih dari setahun lamanya, mungkin jika ku ingat hampir 2 tahun aku berusaha mengobati hatiku tanpa dia (seseorang yang pernah mematahkannya).

Hatiku, mencoba tegar menerima kenyataan, “Pahit” kataku. Mencoba bertahan di atas puing-puing kenangan. Mencoba sembuh dari sakitnya. Dan dia - Seseorang terkasih itu - tak pernah tau tentang hatiku yang terluka. Tentang hatiku yang bertahan. Tentang hatiku yang sakit dan betapa menderitanya aku karena ini.

Dan Hatimu...


Lagi-lagi aku bingung menceritakannya, aku tidak tahu banyak tentang hatimu. Entah bagaimana Aku harus memulainya, hatimu yang hingga sekarang tak pernah ku ketahui kebenarannya. Namun aku sedikit akan mencoba menceritakannya. Maaf jika salah.

Hatimu. Aaahhh....!!! Aku tidak tahu!!! Aku sama sekali tidak mengerti tentang hatimu. Yang aku tau dari mereka, kamu juga sedang terluka, saat aku terluka. Pada awalnya, aku tidak tertarik tentangmu, tentang kisahmu, tentang hatimu, apa yang kau alami, apa yang kau kau rasakan, apa yang kau lakukan. Aku tidak memperdulikan itu. Yang jelas aku disini sedang berjuang, mengobati hatiku. Dan aku putus asa menceritakan hatimu. “Aku tidak tahu!! Aku tidak tahu!!”. Jadi, bisakah kau ceritakan tentang hatimu?.

Dan Kisah Kita...


Hahahaha... apakah kau bertanya mengapa aku memulainya dengan tawa??? Seperti ini. Kita??? Tidak salah??? Lucu jika aku mendengarnya. Sejak kapan aku dan kamu menjadi kita??? Sejak kapan??? Hahahaha aku saja sudah lupa bagaimana mulanya kita ada.

Berawal dari kisah temanku, disitulah aku mengenalmu. Hanya mengenalmu. Keinginan untuk “move on” dari masa lalu itulah mungkin yang menyebabkan aku ingin lebih lagi mengenalmu. Aku yang mulanya tidak tertarik ingin mengenalmu, perlahan memaksa “inginku” untuk mengenalmu. Dan aku tahu sedikit banyak tentangmu itu tentunya dari “mereka”. Aku jadi ingin tahu mengapa kau bersedih sedemikian sedihnya, Mengapa kau kecewa seakan tak hidup, Apa yang membuatmu jatuh seakan tak bisa berdiri lagi, Mengapa ini dan Mengapa itu. Aku ingin tau seberapa sakitmu, karena aku merasa sakit yang aku rasa ketika itu adalah sesakit-sakitnya sakit.

Waktu itu, aku merasa tak ada seorangpun yang merasakan sakit sesakit aku. Tapi mungkin aku salah. Kamu juga merasakan sakit. Dan aku ingin tahu tentang sakitmu, apakah sama dengan sakitku. Aku ingin tahu bagaimana kamu menyembuhkannya, aku ingin tahu bagaimana kamu menghibur hatimu, aku ingin tahu bagaimana caranya kamu berdiri lagi lalu melangkah. Aku ingin tahu semua tentang itu. Jujur saja karena saat itu aku sudah hilang harap, entah apalagi yang harus aku lakukan, aku ingin mati tapi aku takut.

Hampir dua tahun lamanya aku hidup tanpa “nyawa”, hidup tak hidup matipun tak mati. Ah... jika aku memikirkannya muak rasanya.!!!

Lalu sampai kapan???

Sampai akhirnya aku tersadar. Apapun yang terjadi dalam hidup. Sesakit apapun. Hidup harus terus berjalan. Waktu tak akan menunggu. Masih ada perut yang harus diisi ketika lapar, masih ada mata yang harus di istirahatkan ketika mengantuk. Dan mungkin aku harus berpindah dari sini. Mencari arti hidup. Hidupku yang baru. Mungkin juga hatiku.

Alasan aku ingin mengenalmu lebih jauh... Mungkin aku jahat jika mengenalmu hanya untuk melupakan rasaku padanya. Tapi bukan itu alasan satu-satunya. Meski aku juga akui, pernah terselip alasan itu saat aku ingin mengenalmu tanpa bermaksud memanfaatkanmu. Ku harap kau tak salah paham. Maaf.

Alasan lainnya... Ku rasa hatiku mulai suka padamu. Aku juga tahu rasa apa ini. Mungkin sayang atau bahkan cinta. Yang aku tau, aku senang saat kau ada, aku mencari saat kau tak ada, aku merasa kehilangan saat kau "pergi" sejenak ketika itu. Padahal aku sudah menjaga hatiku agar untuk tidak jatuh lagi. Tidak sakit lagi. Aku tidak mau punya "seseorang" lagi. Aku sudah cukup menderita. Bukan aku tak percaya. Bukan aku tak yakin. Hanya saja aku tak ingin merasakannya lagi. “Luka”.

Dan jika hari ini kau memang ingin pergi. Pergilah. Aku tak akan menahanmu disini. Jika aku harus kehilangan. Inilah hidup, aku harus terus berjalan. Ku doakan semoga kau baik disana.
Ini bukan surat cinta. Bukan juga salam perpisahan.
Ini tentang hati. Hatiku, Hatimu dan Kisah kita.
Jombang, 16 Mei 2017

Nah sobat demikian artikel tentang Hatiku, Hatimu dan Kisah Kita semoga bermanfaat.

2017 © Pena Kecil (https://tulispenakecil.blogspot.com*).


Subscribe Our Newsletter