Pena Kecil - Senja Yang Kian Ku Benci tak ada yang lebih indah saat menyambut senja dengan kata-katanya, namun apa daya gelap terlalu cepat menggantikan petang.
Tidak ada yang menyenangkan dengan senja, hanya ada langit yang mulai memerah, kepakan burung yang berterbangan berlalu lalang di angkasa, suara gemuruh kendaraan yang melalui jalanan kota, semuanya hanya menyesakkan saja. Mereka yang menyukai senja ketika cahaya mulai temaram membuat romansa yang seakan menjadi saksi kisah cinta mereka.
Ingatanku kembali mengingat waktu menjelang petang yang kurang menyenangkan. Ketika dingin malam tanpa bintang mulai perlahan memeluk erat menggantikan kehangatan, aku mulai mengalihkan pandangan karena seseorang yang mulai berlalu lalang mengisi ingatan.
Bagaimana aku bisa memahami, seseorang yang tadinya masih tertawa bersama, tiba-tiba pergi tanpa kata. Tadinya hanya sementara namun sekarang untuk selamanya. Bagaimna aku harus memahami? Melihat mereka yang selalu bersama, melihat remaja yang bergandeng mesra, sedang aku hanya bisa menatap pedih keputusannya.
Sore hari adalah hal yang paling aku benci, karena aku harus kembali menatap senja tanpa dia, aku harus kembali mengenang semua tentangnya, ingatanku masih tak bisa melupakannya, tak bisa ku ungkapkan semuanya hanya dengan kalimat dan kata, namun mataku tak pernah bisa membohongi hati yang masih bisa merasakan adanya, sorot mataku yang masih menyimpan airmata untuknya.
Bagiku tak ada yang lebih indah saat menyambut senja dengan kata-katanya, namun apa daya gelap terlalu cepat menggantikan petang.
Oh iya nama gadis itu adalah “Purnama”
Demikian artikel tentang Senja Yang Kian Ku Benci yang kami bagikan, semoga bermanfaat.
2017 © Pena Kecil (https://tulispenakecil.blogspot.com*).